FaseFase Perkembangan HMI dalam Perjuangan Bangsa Indonesia: Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (November 1946-5 Februari 1947) Fase Berdiri dan Pengokohan (5 Februari-30 November 1947) Fase Pertumbuhan dan Perkembangan HMI (1950- 1963) Fase Tantangan I (1964-1965) Fase Kebangkitan HMI sebagai Pelopor Orde Baru (1966-1968) Fase Pembangunan (1969-1970) Fase Pergolakan dan Pembaharuan Pemikiran (1970- 1994) Fase Reformasi (1995-1999) Fase Tantangan II (2000-sekarang) Setelahmembaca masa-masa perjuangan HMI pada fase IV-VI, selanjutnya kita bahas perjuangan HMI pada fase VII-IX. Pada fase-fase ini, HMI berpartisipasi dalam pembangunan Indonesia dalam bentuk langsung maupun dalam bentuk sumbangsih pemikiran. Perjuangan HMI pada fase-fase ini berlangsung dari awal masa Orde Baru (Suharto) hingga masa reformasi bahkan setelahnya. Fase VII: HMI Berpartisipasi Dalam Pembangunan [] B Fase-fase Perjuangan HMI Dalam perjalanan HMI selama setengah abad lebih, telah menjalani 11 fase. 1. Fase Konsolidasi Spiritual dan Proses Berdirinya HMI (tahun 1946) Tokohtokoh HMI di setiap fase telah menunjukkan bagaimana perjuangan HMI itu. Misalnya, kita lihat perjuangan para pendiri HMI, sosok Lafran Pane menjadi tokoh sentral dan perjuangannya sungguh luar biasa. Perjuangan HMI pada awal-awal berdirinya langsung menghadapi penjajah dan kelompok-kelompok komunis yang mencoba mengganggu stabilitas kemerdekaan yang masih baru. IndependensiHMI adalah cerminan historis yang selalu dijaga dan dirawat kader-kadernya dalam fase perjuangan HMI dari masa ke masa. Pengantar diatas sebagai pengetahuan dasar bagi kader-kader yang baru berhimpun didalamnya, juga bahan basic yang tekun dilakukan untuk merekrut cikal bakal kader untuk berhimpun didalam HMI. Berbeda dengan kader 1yRvkOZ. Opini – Penulis pikir melihat HMI hanya dari keberhasilan-keberhasilannya saja sungguh sangat tidak fair, dan naif. Penulis juga merupakan kader HMI, kendati dimikian, itu tidak membuat penulis berada pada keberpihakannya terhadap HMI. Pada tulisan kali ini penulis mencoba melihat kembali HMI dengan kondisi objektif. Fase fase perjuangan HMI yang sering di katakan senior-senior, alumni, atau master of training ketika di forum forum perkaderan, bahkan ke obrolan obrolan non formal di lingkup kampus sampai ruang sekretariat, mengenai keberhasilan keberhasilan HMI dalam fase perjuangan nya memang membawa penulis kepada romantisme perjuangan HMI dari jaman ke jaman. Di sisi lain juga tidak dapat menafikan bahwa penulis sedikit terjebak pada romantisme perjuangan HMI dan memunculkan pertanyaan “Bagaimana HMI hari ini?”. Berbanding terbalik dengan keberhasilan nya di fase fase perjuangan, HMI sendiri masih mencokolkan budaya feodalistik sampai hari ini. Seperti ; ijin kanda dan tertib dinda. Lebih eksplisit nya ketika di tubuh himpunan mempersoalkan siapa yang lebih dulu melakukan LK-1 dan training- training formal lainnya di HMI, ia yang wajib memberikan intruksi dan memastikan ketertiban adik adik. Sebaliknya, ia yang baru lulus LK-1 harus tertib dan mengantri. Belum lagi ketika ada senior yang tiba tiba datang menjelang RAK Komisariat atau event-event kontestasi lain yang ada di hmi, kemudian sesudahnya kembali menghilang. Hal-hal demikian yang secara tidak langsung memangkas potensi juga kemauan kader yang ingin berproses dan menjadi sisi gelap HMI sebagai organisasi perkaderan. Untuk melihat kondisi HMI dewasa ini, seperti ditulis Agussalim Sitompul, dalam bukunya “44 Indikator Kemunduran HMI”, telah mengungkapkan secara gamblang kemunduran yang dialami HMI. Salah satu indikator kemunduran yang di kemukakannya dan masih relate dengan kondisi hari ini ialah ”Menurunnya peran HMI dalam gerakan-gerakan mahasiswa di tingkat regional maupun nasional dalam merespon berbagai tantangan”, keadaan dimana kita melihat HMI lamban merespon issue dan tantangan, atau tidak lagi melihat HMI sebagai fasilitator konsolidasi gerakan mahasiswa, alih alih menjadi fasilitator konsolidasi justru malah sebaliknya. Tidak lagi dapat mengintegrasikan diri dengan massa rakyat, apalagi membangun keberpihakannya terhadap yang tertindas, membawa HMI jauh dari akar rumput. Memudarnya “tradisi intelektual HMI”. Hemat penulis, indikator memudarnya tradisi intelektual HMI terletak pada konflik internal di tubuh organisasi, adanya dualisme antar kelompok dengan kepentingan yang berkelit kelindan, seakan akan himpunan hanya sebatas menjadi arena pertarungan antar kelompok saja dan mengesampingkan substansi serta arah perjuangan HMI. Lebih parahnya, kerap kali dalam tradisi intelektual HMI kader kadernya selalu di hadapkan dengan orientasi politik, yang penulis nilai sebagai bentuk telanjang dari pragmatisme. Hal hal demikian berimplikasi negatif juga berdampak panjang, baik pada tingkatan pengurus besar, cabang, bahkan sampai komisariat. Menjadi problem besar di tengah-tengah kemajemukan narasi HMI yang konon katanya kritis, dan hmi tertinggal dari misinya menciptakan “Muslim Intelegensia”. Nurkholis Madjid, memberikan peringatan keras terhadap HMI ketika menjelang kongres ke- 23 HMI di Balikpapan tahun 2002. Dalam peringatan itu mengatakan bahwa apabila HMI tidak bisa melakukan perubahan, lebih baik membubarkan diri. Peringatan itu sebagai shock therapy, dengan harapan, HMI dapat dan mampu melakukan perubahan terhadap dirinya yang banyak kalangan dipandang bahwa dalam tubuh HMI ditemukan berbagai kekurangan yang sifatnya negatif Baca Refleksi 63 Tahun Perjuangan Hmi Mendiagnosa Lima Zaman Perjalanan Hmi “Suatu Tinjauan Historis Dan Kritis Terhadap Fase-Fase Perjuangan Hmi” Dalam Menjawab Tantangan Masa Depan, Agussalim Sitompul. HMI hari ini tepatnya, sudah berumur 74 tahun sejak didirikannya, usia yang cukup tua. Setengah abad lebih HMI malang melintang di indonesia, yang seharusnya di imbangi dengan kontribusi dan karya kader kadernya dalam menghadapi jaman. Penulis teringat sebuah pernyataan dari Jurgen Moltmann “Berteologi adalah sebuah upaya berdialog dengan siapapun. Ia bukan sebuah upaya mengurung diri kepada pembebasan dari penindasan”. Semangat itu bukan hanya semangat berteologi, tapi juga menjadi semangat beragama, demikian hal nya dengan semangat ber-HMI. Pada akhirnya, ber-HMI bukan hanya sekedar “semangat mengikat diri” pada institusi stagnan, pada “nyamannya rumah”, atau pada “nyamannya dogmatika”. Tapi menjadi kesadaran juga semangat kolektif untuk membebaskan yang tertindas. Membangkitkan HMI dari persimpangan sejarah, menjadikan HMI yang mengintegrasikan dirinya dengan massa rakyat, HMI yang membangun keberpihakan terhadap kaum mustadh’afin, dan HMI yang merespon jaman. Tulisan ini sengaja di buat sebagai bentuk dedikasi terhadap organisasi yang sudah berusia senja ini, sebuah kritik untuk HMI dari penulis yang juga merupakan kader Himpunan Mahasiswa Islam. Doni Nuryana Penulis Doni HmI Cabang Ciputat Komisariat Fakultas Teknik Unpam Teruntuk pembaca setia Sabba “Semua harus ditulis, apa pun. Jangan takut tidak dibaca atau tidak diterima penerbit. Yang penting, tulis, tulis, dan tulis. Suatu saat pasti berguna” Pramoedya Ananta Toer Sebelum materi ini dimulai, sapa terlebih dahulu peserta training, tanyakan kabar dan kondisi hari ini, serta kesiapan peserta untuk mengikuti proses training hari ini dan selanjutnya. Agar peserta training lebih segar dan siap mengikuti materi, buat sebuah ice breaker yang dapat menyegarkan kondisi peserta. Ice breaker yang dapat digunakan yakni HMI Setelah kelihatan segar dan mulai semangat, tanya ke peserta aktivitas apa yang akan dilakukan saat ini di forum. Untuk ini arahkan agar peserta mengutarakan keinginannya masing-masing. Setelah peserta mengutarakan 2-3 kegiatan yang berbeda maka eksplorasi dan arahkan agar peserta menyepakati penyampaian materi sebagai aktivitas selanjutnya. Setelah rata-rata menyepakati untuk penyampaian materi, maka tanyakan ke audiens materi apa yang akan dibahas, sekaligus mencari tahu kesiapan peserta mengenai materi dan relevansinya terhadap aktivitas training, dengan pertanyaan ”kenapa harus materi ini?” dan arahkan agar peserta menyepakati untuk masuk ke materi sejarah HMI. Setelah dieksplorasi dan disepakati bersama bahwa materi yang akan disampaikan adalah sejarah HMI Jelaskan bahwa hari ini sebelum kita mengkaji lebih lanjut tentang materi yang lain, kita terlebih dahulu harus mengetahui bahwa kita sekarang sedang mengikuti proses yang ada di HMI jadi agar kita mengetahui lebih dalam mengenai wadah yang kita ikuti ini maka kita haruslah mengetahui wadahnya tersebut, karena itu kita harus membahas tentang sejarah HMI, sebagai upaya mengetahui wadah yang sedang kita ikuti. Untuk memulai penyampaian materi eksplor kembali ke peserta apa itu sejarah, dan mafaat mempelajari sejarah dalam kehidupan. Setelah cukup tereksplor, uraikan bahwa menurut Ruslan Abdul gani, bahwasanya dalam mempelajari sejarah, kita membahasnya dalam tiga dimensi waktu yaitu – Masa lalu – Masa sekarang – Masa yang akan datang Jelaskan juga mengapa membahas sejarah harus melibatkan tiga dimensi waktu tersebut. 9. Setelah mengerti tentang sejarah dan dimensi pembahasannya, eksplorasi juga apa itu HMI?10. Setelah cukup maka, simpulkan bahwa forum ini akan membahas HMI khususnya pergerakannya dalam tiga dimensi waktu masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. 11. Setelah itu bagilah white board menjadi tiga sisi dan membaginya menjadi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. 12. Setelah itu, masuki pembahasan HMI pada masa lalu, mulai dengan mengeksplor latar belakang berdirinya HMI. Setelah dieksplor jelaskan bahwasanya HMI lahir karena tiga hal besar yang melatarbelakangi berdirinya HMI yaitu Kondisi keumatan bangsa Indonesia Kondisi kebangsaan di Indonesia Kondisi kemahasiswaan di Indonesia 13. Setelah selesai menjelaskan latar belakang beridinya HMI tersebut maka selanjutnya eksplor sosok pendiri HMI dan dinamika pembentukan HMI. Setelah selesaikan jelaskan sosok Lafran Pane sebagai tokoh pendiri HMI dan jelaskan pula dinamika yang dialami Lafran Pane dan kawan-kawan dalam membentuk HMI. 14. Setelah itu uraikan pula kepada peserta fase-fase perjuangan HMI antara lain – Fase proses berdirinya HMI 1946-1947 – Fase berdiri dan pengokohan HMI 1947 – Fase perjuangan bersenjata & perang kemerdekaan dan menghadapi pemberotakan PKI 1947-1949 – Fase pembinaan dan pengembangan HMI 1950-1963 – Fase tantangan I 1964-1965 – Fase kebangkitan HMI sebagai pejuang orde baru dan pelopor angkatan ’66 1966-1968 – Fase partisipasi HMI dalam pembangunan 1969 – Fase pergolakan dan pembaharuan pemikiran HMI 1970-1998 – Fase reformasi 1998-2000 – Fase tantangan II 2000-sekarang 15. Setelah selesai dapat ditabulasi apa saja prestasi yang telah diukir di masa lalu, diantaranya – HMI mempunyai andil dalam pembentukan cendikiawan muslim Indonesia. – HMI memberikan Kontribusi dalam pembinaan generasi muda. – HMI memberikan sumbangsih dalam mempertahankan negara. – HMI memberikan sumbangsih dalam melawan PKI. – HMI turut mempelopori angkatan ’66. 16. Setelah selesai tanyakan ke peserta, apakah ada pertanyaan tentang materi ini. Kalau tidak ada lanjutkan pembahasan HMI pada masa sekarang ini. 17. Sebelum materi ini dilanjutkan, berikan ice breaker kembali kalau peserta terlihat jenuh, ice breaker yang digunakan adalah “tepuk HMI”. 18. Setelah itu dapat dilanjutkan, untuk pembahasan HMI pada masa kini, siapkanlah kertas HVS F4 sebanyak peserta dan bagikan kepada peserta sebanyak 2 lembar . 19. Setelah dibagi, jelaskan pada peserta untuk mengisi kertas tersebut, untuk kertas yang pertama diisi dengan kondisi HMI dari sisi positifnya untuk sekarang ini, dan untuk yang satu lagi diiisi dengan kondisi HMI dari sisi negatifnya tekankan untuk pengisian kertas dapat diisi dari apa yang pernah dialami atau dilihat dan dikomparasikan dengan kondisi HMI pada masa lalu yang telah disampaikan di awal. 20. Kemudian arahkan agar peserta melekatkan kertas tersebut di whiteboard yang telah disediakan. 21. Setelah selesai eksplor setiap kertas yang ada dan disortir kertas yang memiliki kesamaan maksud dan dipilih satu saja dari beberapa kertas yang sama. 22. Jika sudah selesai bandingkan mana kondisi yang sekarang lebih banyak dan lebih mewakili kondisi HMI saat ini. Sisi positif atau negatif. 23. Kalau yang lebih banyak sisi positifnya maka, bandingkan dengan kondisi HMI pada masa lalu apakah perjuangan HMI mengalami kemajuan atau kemunduran? 24. Kalau yang lebih banyak sisi negatifnya maka bandingkan dengan kondisi HMI pada masa lalu , apakah HMI mengalami kemajuan atau kemunduran?. 25. Kalau perjuangan HMI mengalami kemajuan di mana letak kemajuan HMI tersebut ? 26. Kalau mengalami kemunduran dimana letak kemundurannya? 27. Baik maju ataupun mundur tekankan kembali untuk dibandingkan dengan kondisi pada masa lalu, setelah selesai akhiri dengan membuat suatu kesimpulan tentang kondisi HMI pada masa sekarang ini. 28. Setelah selesai maka kini arahkan peserta untuk membahas HMI pada masa yang akan datang, maka untuk pembahasan ini kita saat ini hanya bisa merencanakannya untuk saat nanti. 29. Untuk merencanakannya jelaskan bahwa peserta dapat menganalisanya dengan mengggunakan kekuatan dan kelemahan yang ada pada saat ini, maka kertas yang – kertas yang memuat kondisi HMI pada masa sekarang ini dapat digunakan kembali . 30. Untuk itu gunakanlah salah satu metode dalam pembuatan sebuah pelaksanaan perubahan dalam proses perencanaan, salah satunya ialah dengan Metode FFA Force Field Analysis. Intinya dalam metode ini untuk melakukan perubahan atau peningkatan tentulah harus merubah status Quo yang ada, ada dua caranya yaitu – Meningkatkan kekuatan pendorong yang ada dan – Menurunkan kondisi yang menghambat 31. Setelah selesai maka eksplor dan jelaskan kepada peserta – Siapa yang membuat HMI ini maju atau mundur? – Untuk menentukan nasib HMI pada masa yang akan datang kapan kita dapat menentukannya? 32. Setelah itu jelaskan bahwasanya HMI pada masa yang akan datang akan ditentukan oleh anggota HMI yang pastinya anggota yang ada pada masa kini, bukan pada masa lalu atau masa yang akan datang, jadi tegaskan bahwa saya, anda, dan kita semua yang menentukan HMI ini ke depannya dan ini adalah sebuah amanah tersendiri untuk anggota yang ada pada saat ini. 33. Setelah itu tanamkan pada peserta untuk membuat proyeksi ke depan dengan teknis dapat menuliskannya di buku harian atau di badge nama, untuk proyeksinya peserta dapat mengisi dengan – Apa yang anda inginkan di HMI? – Apa yang akan anda lakukan di HMI hari ini, dan ke depannya untuk memperthankan dan memperbaiki HMI dalam bentuk konkrit? 34. Setelah itu jelaskan bahwa proyeksi tersebut mudah-mudahan mampu menjadi afirmasi positif bagi peserta dalam beraktivitas di HMI dan peserta sendirilah yang dapat mengevaluasinya. 35. Untuk mengakhiri materi ini, berikan QS. Al-Ahzab 33 72, eksplor dan jelaskan bahwa peserta merupakan orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menerima amanah ini yakni memperbaiki HMI dalam mencapai tujuan HMI. 36. Jelaskan juga bahwa ketika menerima amanah ada orang yang menerima amanah dengan menjalankannya, itulah yang dikatakan beriman dan ada yang menolak dan mengingkari amanah terbut itulah mereka yang kafir terhadap amanah, karena itu suruh peserta untuk membuka Al-Anfal 8 55 37. Jelaskan kembali bahwasanya HMI itu adalah alat yang digunakan untuk berjuang, HMI yang hari ini beraktivitas belandaskan qur’an dan sunnah maka landasannya itulah yang harus diterapkan di HMI dan mewarnai HMI, karena itu dengan HMI mari kita majukan Islam dan ciptakan kondisi yang sesuai qur’an dan sunnah. 38. Tutup materi ini dengan sebuah pernyataan ”katakan saya yang ingin memajukan Islam dengan HMI” dan ”katakan saya yang ingin memajukan HMI” 39. Semangati audiens untuk mengatakan saya. 40. Tutup dengan salam dan serahkan forum ke pengelola yang lain.

fase fase perjuangan hmi